Dagdigdug menerima pernyataan "Lulus atau Tidak Lulus"

09.33

Tanggal 16 Mei kemarin jadi hari yang ditunggu-tunggu ya buat anak kelas XII? 
Gimana rasanya menunggu detik-detik pengumuman kelulusan?? Pasti dag dig dug yaa? Gag sabar pengen cepet cepet tau hasil UN? dan setelah tau, malah kaget sendiri dengan hasilnya? atau biasa aja karena sudah yakin pasti lulus dan dapet nilai bagus?

Rata-rata mereka yang mengikuti ujian Nasional pasti merasakan dag dig dug menunggu detik-detik pengumuman kelulusan. Apalagi dulu pengumuman kelulusan diumumkan secara langsung. Yang terkadang bikin jengkel adalah saat pengumuman harus ditunda. Seharusnya pengumuman jam 10 misalnya, dan saat waktu tepat menunjukkan pukul 10, ternyata pengumuman ditunda dan baru diumumkan jam 11. waah.. pasti rasanya gag sabar, kesel, pengen marah, tapi gag tau harus berbuat apa. Bener ga??

Saya sendiri sebenernya tidak terlalu tau perasaan tak sabar atau deg-degan menunggu pengumuman kelulusan SMA. Saya pasti 1 diantara sejuta orang yang tak merasakan perasaan itu. Apakah perasaan itu sama dengan perasaan ketika kita "nembak" orang yang kita sukai? eh, tapi saya juga tak tahu ding itu
rasanya seperti apa. Wong saya juga belum pernah nembak :p

Dulu pengumuman kelulusan ku diumumkan secara langsung di sekolah. Satu persatu siswa mendapat surat keterangan. Eh, entahlah. Saya tidak tau pastinya seperti apa. Karena saat itu, saya justru tidak datang ke sekolah. :(
SMA saya di gresik, tapi Saat itu saya justru sedang di surabaya dan harus mengikuti bimbingan belajar intensif menjelang SPMB. Sebenernya ingin pulang ke gresik dan datang ke sekolah. Tapi ayah saya melarang. Kata ayah, bimbingan lebih penting. Untuk pengumuman Lulus atau tidak, ayah bisa telpon ke sekolah. Hikss....

Saat itu saya benar-benar ingin menangis. Belajar di kelas bimbel pun tak bisa konsentrasi. Pikiran saya terus melayang-layang ke sekolah dan teman-teman. Dalam bayangan saya, mereka sekarang pasti sedang berkumpul, bercerita dan ngobrol kesana kemari untuk mengurangi kecemasan menunggu detik-detik yang mendebarkan. Dan saat pengumuman sudah keluar dan mereka dinyatakan LULUS, mereka pasti sangat lega dan bahagia. Air mata kebahagiaan menetes di pipi sahabat-sahabat tercintaku.

Tentu saja terbersit keinginan untuk kabur dari kelas bimbel. Memberanikan diri membolos satu hari itu saja. Saat tekat sudah bulat, tiba-tiba bayangan ayah hadir di otak ku. Seketika badan rasanya lemas dan tak bertenaga lagi. Aku tak bisa melakukan itu. Jika ayah-ibu ku tau aku bolos kelas bimbel, mereka pasti sangat kecewa. Aku bukan takut mereka marah, aku tak takut mereka memarahiku. Toh, aku juga sudah sangat sering dimarahi. Tapi aku tak sanggup melihat kekecewaan mereka. Aku tak bisa melihat mereka menangis dalam hati, karena perbuatan bodohku.

Akhirnya, aku tetap duduk mengikuti bimbel hingga pelajaran berakhir dengan tetap tanpa konsentrasi. Tak satu pun materi yang disampaikan dapat aku tangkap. Kelas pun sangat sepi, tak seperti biasanya. Kebanyakan mereka pergi ke sekolah masing-masing untuk pengumuman kelulusan. Dan mereka yang hadir di kelas saat itu, karena sekolah mereka mengirimkan surat kelulusan mereka ke rumah masing-masing. Jadi mereka memang tak perlu datang ke sekolah.

Begitu pelajaran selesai, aku langsung bergegas pulang. Tak sabar ingin segera sampai rumah kontrakan dan menelpon ayah serta teman-teman ku untuk mendengar kabar kelulusan dari mereka. Apalagi beberapa hari sebelumnya, aku sempat mendapat kabar bahwa ada beberapa siswa SMA ku yang dinyatakan tidak lulus! Aku keluar kelas tanpa berkata sepatah kata pun pada teman-teman di kelas bimbel. Saat itu aku benar-benar tak peduli pada mereka. Aku jujur, iri bisa melihat mereka begitu tenangnya mengikuti bimbel dan ketawa-ketiwi. Rasanya kesal sekali sama semua orang yang aku lihat saat itu. Setiap bertemu orang, rasanya ingin aku jambak-jambak. Sumpah! aku benar-benar kesal!

Aku tak mengerti, bagaimana mungkin orang tua ku terlihat begitu tenangnya menyuruhku tetap masuk bimbel, padahal saat itu aku sedang galau menunggu detik-detik kelulusan. Hey, itukan salah satu saat-saat terpenting dalam hidupku!!! Karena jujur saja, aku sempat tak yakin bisa Lulus. Bukan karena takut jawabanku banyak yang salah! Tapi karena aku sedikit ragu dengan kemampuanku "menghitamkan" LJK. Aku cemas karena satu dan lain hal, akhirnya jawaban ku tidak terbaca komputer, dan aku dinyatakan tidak lulus.
Aku tak bisa menceritakan hal itu pada orang tuaku, karena tak ingin membuat mereka cemas. Tapi belakangan justru aku menyesal tidak memberitahu mereka, karena akhrinya merekalah yang justru membuatku cemas.

Di jalan, tentu saja aku bertemu dengan konvoi pelajar SMA yang merayakan kelulusan mereka. Melihat wajah lega mereka, melihat mereka bersenang-senang, rame-rame keliling kota dengan seragam abu-abu putihnya yang sudah penuh dengan cat warna-warni. Ini tentu saja membuatku semakin sedih. Aku menangis di dalam angkot. Tak peduli berapa banyak pasang mata yang melihatku. Aku menatap nanar pada kerumunan konvoi. Aku seakan melihat teman-teman SMA ku disana. Sedetik kemudian aku merasa benci pada diriku sendiri. Benci betapa naifnya diriku yang saat ini duduk menangis di dalam angkutan umum. Benci melihat diriku yang tak bisa konsisten dengan keputusan yang telah aku ambil. Aku merasa telah jadi orang terkutuk. Seakan semua yang ada di dalam kendaraan ini ingin memakan ku hidup-hidup.

Tangisan ku semakin menjadi saat aku sampai di rumah. Aku menangis lebih kencang, karena memang tak akan ada orang yang melihatku. Saudara sepupuku yang rumah nya aku tumpangi satu bulan ini, sedang tak ada di rumah, sepertinya sedang kuliah. Aku menangis sepuas hatiku. Lupa keinginan ku cepat-cepat pulang untuk menelpon orang tua dan teman-temanku untk mendengarkan kabar dari mereka. Aku tiba-tiba lupa pada mereka sejenak. Aku hanya ingat diriku yang sangat bodoh dan naif. 

Aku berpikir, apa gunanya saat ini aku ikut bimbel kalau ternyata aku dinyatakan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi? Apa untungnya aku masuk kelas bimbel dan tak datang ke sekolah jika ternyata yang aku terima adalah Surat TIDAK LULUS?? Apa yang harus aku lakukan kemudian? Apa aku masih punya muka untuk meneruskan hidupku?

Aaah..menulis ini jadi ingin menangis lagi. Sudah ah!
Tak sanggup keteruskan lagi. Maaf....

You Might Also Like

0 comments