Riyoyo Kupat | Tradisi pada 7 syawal

12.17

Ketupat atau kupat dalam istilah jawa, mungkin sering dihidangkan pada saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Namun, di beberapa daerah, jawa khususnya, ketupat sering kali dihidangkan pada H+7 lebaran. Setidaknya seperti itulah tradisi di desa saya. Sebuah desa kecil di Kabupaten Gresik. hehee..

Lebaran ketupat lebih sering disebut dengan Riyoyo Kupat. Dimana biasanya orang-orang akan membuat kupat lengkap dengan kuah / bumbu pelengkapnya, dan lepet. Kuah yang digunakan untuk kupat biasanya mengandung santan. Kalau kupat terbuat dari beras (seperti lontong) yang lebih nikmat dimakan dengan kuah atau bumbu pelengkap, lepet tidak memerlukan tambahan apa-apa lagi untuk dapat dinikmati. Karena berbeda dengan kupat, lepet ini terbuat dari campuran ketan, kelapa dan kacang hijau.

Yang unik dari tradisi Riyoyo Kupat di desa saya adalah weweh / ater-ater pada  satu hari sebelum lebaran ketupat tiba. ater-ater itu diberikan ke tetangga dekat rumah atau saudara yang rumah nya juga tidak terlalu jauh. Katanya sih, biar orang lain juga merasakan kupat+kuah dan lepet yang mereka buat. Terutama weweh itu biasanya diberikan ke tetangga terdekat atau saudara yang tidak ikut berpartisipasi membuat ketupat dan lepet.

Tak ada kewajiban atau keharusan untuk seseorang membuat kupat dan lepet pada hari raya lebaran ketupat tersebut. Makanya ada beberapa orang yang sesekali waktu terkadang tidak membuatnya.

Nah, tiba saat hari Riyoyo kupat (eh, kok bahasanya jadi terkesan agak aneh yaa?? :p ), orang laki-laki dari masing-masing rumah atau keluarga yang membuat ketupat dan lepet akan membawa kupat berikut lepetnya ke masjid desa untuk kemudian mengadakan tahlilan bersama disana. Kalau di desa saya, makanan yang mereka bawa ke masjid itu dinamakan ambeng. ^^

Setelah acara tahlilan tersebut usai, mereka akan makan ambeng yang dibawa dari rumah secara bersama-sama. Namun yang mereka makan bukan kupat berikut kuah dan lepet yang mereka bawa sendiri. Mereka makan ambeng yang dibawa oleh orang lain. Saling tukar ambeng. Disinilah kebersamaan dan kesamaan sebagai sesama manusia itu terlihat. Tidak peduli itu bikinan orang kaya atau miskin, orang tua atau muda. Semua nya bisa makan bersama dan saling merasakan ketulusan orang lain.

Entah sudah berapa taun tradisi ini terlaksana secara turun-temurun. Siapa yang peduli? Yang penting adalah bisa makan kupat dan lepet yang cuma ada setaun sekaliiii... :D

You Might Also Like

0 comments