Alomampa Sumenep #Part4 : Desa Wisata Sema'an
21.04
Desa Wisata Sema’an menjadi tujuan
selanjutnya (sekaligus tujuan terakhir) dalam episode Alomampa Sumenep kali
ini. *halah episode*
Awalnya perjalanan menuju desa ini aku tidak
terlalu banyak berharap akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Maksudku,
dengan informasi awal yang aku dapat bahwa trip selanjutnya ke desa ini adalah
untuk melihat secara langsung Batu Cenneng yang kalau dipukul bisa mengeluarkan
batu yang berbeda dengan batu-batu kebanyakan. Ah baiklah, mungkin nanti akan
dibawa menjelajah ke dalam Goa seperti Goa Maharani kemudian kita mengobservasi
dan memukul-mukul semua batu yang ada disana. Itu bayangan awal. Enggak tau
juga sih kenapa yang muncul di otakku seperti itu. Enggak ngerti bisa ngebayangin
ada Goa segala dari mana. Padahal ndak ada tuh yang ngasih informasi mengenai
Goa :D
Mendekati sebuah desa, dari dalam mobil
terdengar suara orang bershalawat dan memainkan terbang. “Ahh…mungkin ada acara
nikahan di desa ini”, pikirku dalam hati sambil melihat-lihat ke luar mobil.
Mobil berjalan melambat, dan kemudian berhenti. Oh ternyata udah nyampe yaa?
Tak cuma aku, teman-teman semobil juga
bertanya-tanya. Sedang ada acara apa ya di desa ini? Sepertinya meriah sekali.
Karena ternyata tak cuma mereka yang berdiri di pinggir jalan memainkan
terbang, tapi juga beberapa penduduk sekitar terlihat memadati lingkungan ini.
Hingga kemudian seseorang dari tim @Alomampa_SMP mengatakan, bahwa semua ini
adalah prosesi penyambutan atas kedatangan kami teman-teman blogger. Hah?
*pingsan* Berasa kayak pejabat aja ya kalo disambut meriah kayak gini :D
Penyambutannya bukan sekedar penyambutan
dengan penampilan khas seperti itu saja. Tapi mereka, benar-benar memperhatikan
sampai hal terkecil. Seperti kami para blogger masing-masing diberi bambo
sebagai tongkat untuk memudahkan berjalan ke tempat wisata, mengingat jalan
setapak yang dilewati sedikit menanjak dan berbatu. Seperti berjalan menuju
bukit.
Sampai di tempat dimana Batu Cenneng berada, rupanya
masyarakat desa sudah memadati tempat tersebut. Mereka, para penduduk desa,
berbondong-bondong menunggu dan menyambut kedatangan kami dengan suka cita.
Sampai di atas perbukitan, dimana lokasi Batu
Cenneng berada kami disambut dengan pertunjukan musik, dan cemilan khas desa
Sema’an. Singkong rebus dengan sambal dan minuman pokka. Cemilan sederhana tapi
beneran enak luar biasa. Asli aku ketagihan. Singkongnya gede-gede dan lagi
empuk.
LEGENDA BATU CENNENG
“Aha ini dia to batu yang disebut Batu
Cenneng itu?”, tanyaku sambil memperhatikan batu bertumbuk yang diselimut kain
putih tersebut.
Tak lama setelah kami sampai di lokasi
tersebut dan menikmati hidangan sambutan sambil mendengarkan lagu-lagu kesenian
Madura yang dilantunkan, seorang anak SD bernama Naila maju ke depan menyita
perhatian semua orang. Naila kemudian menceritakan tentang legenda batu cenneng dengan
diiringi suara gamelan. Gaya penyampaiannya seperti sudah professional saja.
Begitu santai dan menghayati. Usut punya usut, ternyata Naila sudah sering
mengikuti lomba Story Telling di Sumenep. Wah hebat ya!
Setelah Naila usai bercerita, kami diberi
kesempatan untuk memukul Batu Cenneng tersebut. Dan memang benar, ketika
dipukul batu tersebut mengeluarkan bunyi “neng..neng..”. Seakan ada suara besi
dari batu tersebut. Kepikiran, gimana ya kalau batu seperti ini dijadikan alat
musik? :D
Usai dari Batu Cenneng, kami diajak berjalan
lagi menuju lokasi wisata berikutnya, yaitu Sumber Kacceng. Namun sebelumnya
kami diajak mampir ke rumah salah satu penduduk disana untuk bersantap siang.
Aneka hidangan di sajikan. Ada nasi putih,
nasi jagung (ah sudah lupa kapan ya sebelumnya terakhir makan nasi jagung),
kemudian ikan pindang, tahu, tempe, sayur kelor, dan beberapa sambal khas
Madura.
Sambel ini yang jadi favoritku. Khas dengan petis Madura |
Ada aturan tidak tertulis kalau makan bersama
seperti ini, semuanya harus mengikuti yang tertua atau yang dituakan.
- 1. Kamu belum boleh ambil makanan, sebelum tetua tersebut ambil makanan.
- 2. Kamu belum boleh makan, sebelum tetua makan.
- 3. Kamu belum boleh berhenti makan, sebelum tetua berhenti (selesai) makan.
- 4. Kamu harus berhenti makan, jika tetua sudah berhenti makan.
SOMBER KACCENG
Usai makan dan beristirahat sejenak, kami diajak
ke Somber Kacceng. Somber kacceng adalah sumber air yang konon katanya pernah
ada 12 bidadari yang turun dari kayangan dan mandi disana.
Hingga saat ini, somber kacceng yang airnya
jernih itu masih dimanfaatkan oleh penduduk desa untuk mandi. Meski agak
disayangkan karena penduduk desa kurang menjaga kebersihan airnya. Terlihat ada
satu-dua bungkus bekas sabun dan pasta gigi yang tertinggal.
beberapa warga yang menyambut kami saat mengunjungi Somber Kacceng |
SDN SEMA’AN
1
Bukan, ini bukan tempat wisata seperti Batu
Cenneng dan Somber Kacceng. Tapi aku menceritakan sedikit tentang SD yang
mempunyai Guru dan siswa yang kreatif ini. Kebetulan, setelah dari Somber
Kacceng rombongan kami berkesempatan mengunjungi SD ini.
Masih ditemani Pak Andi yang juga adalah
salah satu pendidik di SD ini dan Bapak Kepala Sekolah yang sudah menunggu kami
di sekolah, kami diajak ke taman baca dibawah pohon yang rindang.
kerajinan tangan karya adik-adik SDN 1 Sema'an |
Sebenarnya ada aturan di sekolah ini, kalau
masuk ke taman baca harus membaca atau membawa buku. Tapi kami diberi hak
istimewa untuk masuk tanpa harus membaca disana :D
Saat perjalanan menuju SDN 1 Sema’an kami tak
sengaja bertemu dengan seorang bapak yang memikul 2 bambu berisi air siwalan
yang baru diambil langsung dari pohonnya. Jadi beruntunglah kami dapat
mencicipi minuman segar itu. Endes seger deh kak! ^^
Rupanya dalam seminggu, ada satu hari khusus
di SDN 1 Sema’an ini untuk hari pengembangan bakat dan minat siswanya. Ada
kerajinan tangan, ada pelajaran musik, juga teater.
tas dari kardus bekas hasil karya mereka |
Wisata di Desa Sema’an ini menjadi wisata
penutup dalam trip blogger Alomampa Sumenep kali ini. Penutupan yang tak
terlupakan untuk perjalanan yang luar biasa.
Dari wisata desa ini aku juga jadi tahu
mengenai beberapa ritual orang Madura yang mungkin sudah hampir tidak digunakan
lagi. Seperti ritual memanggil hujan dan ritual mencari barang yang hilang.
Konon dulu orang yang kehilangan barang, karena lupa naruh, dengan ritual ini
dapat menemukan kembali dimana barang tersebut berada. Katanya semacam ada roh
gaib yang membantu menunjukkan letak barang.
simulasi ritual pencarian barang yang hilang |
Ternyata benar, Pulau Madura itu punya banyak
tempat wisata dan kebudayaan yang belum banyak diketahui orang luar. Terima
kasih banyak ya @Alomampa_SMP dan masyarakat Desa Sema’an untuk agenda wisata
dan sambutannya yang ramah dan bersahabat. Aku jadi tertarik untuk berwisata ke
Madura lagi, lagi dan lagi. Ada yang mau trip bareng-bareng? ^^
0 comments