Because Everyone Has Their Own Dream Wedding
14.41
Termasuk aku, kamu, Suhay Salim, Sandra Dewi.
Dan kayaknya gimana impiannya, gaada yang berhak nge-judge dream wedding itu. Karena bukan kamu yang ngebiayain pernikahan itu. *evil laugh*
Are you with me?
Pengalaman, pernah ada yang nge-judge dream wedding-ku. Cuma gara-gara waktu ngobrol-ngobrol tentang 'konsep pesta pernikahan', aku cerita tentang dream wedding-ku yang terkesan sungguh simple. Bahkan someone said, "Kamu gaakan bisa bikin acara pernikahan yang sederhana. Meski kamu maunya sederhana, akhirnya bakal jadi nggak sederhana juga. Karena pengalaman temen-temenku yang pengen acara pernikahaannya sederhana pada akhirnya pupus juga."
Karena pengalaman teman-temannya. Pengalaman orang lain.
Lalu bukan berarti semua pernikahan yang diinginkan sederhana, bakal gagal juga kan? Itu kan cuma contoh kasus yang kebetulan kejadian di beberapa orang saja. Bukan semuanya. Jadi belum tentu juga orang lain yang punya impian serupa bakal pupus. Toh, sederhana itu juga relatif. Menurutku, sama menurut orang lain, mungkin saja berbeda. Tergantung sederhana dari kacamata siapa dan bandingannya sama siapa juga gak sih? LOL.
Di lingkungan rumahku, hampir semua acara pernikahan dilakukan nggak cuma dalam satu rangkaian acara saja. Minimal acara akad (pastinya). Kemudian ada acara resepsi yang mempertemukan dua pihak keluarga pengantin. Ada pengajian khusus bapak-bapak yang (nominal) souvenir per orangnya bisa buat beli 2 minuman starbucks size tall. Dan... dari yang sudah-sudah terjadi di lingkungan rumah, acara resepsi itu biasanya mendatangkan penyanyi dangdut dengan minimal pakai elektone lah. Seperti sudah jadi budaya.
Bukan bermaksud julid atau gimana-gimana. Itu hak mereka mau bikin acara seperti apa. It means that they are allowed to do it. Cuma yang kayak gitu itu bukan dream weddingku. Itu aja sih.
Dream weddingku itu akad nikah diselenggarakan di masjid. Dilakukan simpel dan sesakral mungkin. Tanpa mengurangi keabsahan ijab qobul, aku nggak perlu hadir di sana. Dengan ayahku yang jadi wali nikah. Yes, dari dulu aku pengen banget ayahku sendiri yang menikahkan aku, bukan orang lain. Terlepas dari kemungkinan bisa saja yang jadi wali nikahku justru orang yang jauh lebih hebat statusnya dibanding ayahku. Tapi tetap saja, aku pengen ayahku yang jadi wali nikahku.
Resepsi pernikahan yang aku impikan juga nggak muluk-muluk kok. Tanpa ritual-ritual adat tertentu atau acara khusus yang heboh. Aku cuma pengen acara yang sifatnya intim dan sederhana. Yang bikin nyaman para undangan dan bikin mereka bisa ngobrol sambil bercanda bukan cuma sama sesama undangan, tapi juga sama yang mengundang. Soalnya yang aku lihat, CMIIW, biasanya kalau acara resepsi yang terlalu formal atau gimana-gimana di gedung, tamu undangan dan yang mengundang nggak bisa ngobrol puas berlama-lama. Ya kaliii kalau ngobrol kelamaan di panggung sama pengantin atau orang tua pengantin kan bisa bikin antri tamu undangan lain yang juga pengen ketemu.
That's why aku pengen acaraku diadakan di rumah aja. Biar aku bebas ngobrol sama teman-teman yang jarang ketemu. Biar orang tuaku bisa nostalgia dan ngobrol seru sama undangan mereka. Tanpa dibatasi panggung atau kuade. Yes! Aku cuma pake background sederhana dan kursi pengantin yang nggak terlalu gede untuk tempat dudukku sama suami. Itu juga aku mintanya dipasang di ruang tamu rumah. Yang alhamdulillah, ayah ibuku dan suami juga punya pemikiran yang sama. Tapi tetap, sebelum acara santai, ada acara resepsi formal. Rangkaiannya ya kayak acara resepsi pada umumnya. Ada sambutan dari perwakilan kedua pihak keluarga. Ada ceramah. Tapi tanpa banjari, qosidah, elekton atau hiburan lainnya.
Kalau kemarinan ada yang bilang nggak mungkin, sorry to say, you are wrong. Buktinya alhamdulillah bisa kok wujudin dream weddingku yang kayak gitu. Hihihihihi.
Dan omong-omong soal souvenir, aku pengen ngasih sesuatu yang agak berbeda dan bermanfaat. Jadi nggak cuma bakal jadi pajangan di lemari lalu berdebu, tapi beneran kepake dan bermanfaat. Pengennya sih gitu. Karena itu aku akhirnya pilih totebag buat jadi souvenir. Desainnya juga simple dan udah aku pilih yang (menurutku) nggak malu-maluin kalau dipake sehari-hari. Meski aku belum bisa zero waste, tapi mudah-mudahan kalau banyak yang pake totebag sendiri, bisa mengurangi penggunaan sampah plastik kresek. Mudah-mudahan sih beneran bisa bermanfaat dan kepake.
Dan beruntungnya waktu acara ngunduh mantu di rumah suami, acaranya juga sederhana aja. Tanpa kuade, cuma pake backdrop yang biasa orang-orang pake buat acara lamaran atau photobooth. Aku dandannya juga pake kebaya biasa dengan kerudung simpel nutup dada. So happy deh dengan konsep yang kayak gini ^^ ~
0 comments